pagi tagi alarm jamku berbunyi pukul 7.00 wib. aku bangun karena itu.
"alhamdulilah aku masih hidup..." hanya itu yang ada di benakku.
tidak ada apapun yang terpikir yang terasa.
di luar kamar sayup terdengar suara-suara sibuk perisapan keberangkatan.
teringat aku pada sayup suara dari luar kamar tadi malam tentangku.
pembicaraan yang asik rupanya, dan aku asik mendengarkan komentar dan pandangan mereka tentangku.
aku bergetar waktu itu ingin rasanya ku paparkan kebenarannya. tapi apa guna. mereka memiliki kesaksian tentangku. biarlah seperti itu, biar kusaksikan kesaksian itu, seperti aku menyaksikan cerita fiksi televisi.
"hanya si-pembuat kursi yang mengetahui kelemahan dan keunggulan kursi"
entah berapa jam sudah aku berbaring menatap langit-langt kamar suara sibuk di luar kamar dan komentar-komentar kesaksian telah lama lenyap. senyap.
bunyi motor sayup terdengar dan berangsur jelas suaranya.
rupanya mereka kembali. jelas terdengar pintu depan rumah dibuka, langkah kaki, bahkan desah nafas lelah tegas ditelinga.
"oh dia masih tidur?" suara mulut pertama yang terdengar, "itulah..." suara mulut lain menimpali.
aku masih berbaring menatap langit-langit kamar.
menyaksikan mereka bersaksi tentangku.
"alhamdulilah aku masih hidup..." hanya itu yang ada di benakku.
tidak ada apapun yang terpikir yang terasa.
di luar kamar sayup terdengar suara-suara sibuk perisapan keberangkatan.
teringat aku pada sayup suara dari luar kamar tadi malam tentangku.
pembicaraan yang asik rupanya, dan aku asik mendengarkan komentar dan pandangan mereka tentangku.
aku bergetar waktu itu ingin rasanya ku paparkan kebenarannya. tapi apa guna. mereka memiliki kesaksian tentangku. biarlah seperti itu, biar kusaksikan kesaksian itu, seperti aku menyaksikan cerita fiksi televisi.
"hanya si-pembuat kursi yang mengetahui kelemahan dan keunggulan kursi"
entah berapa jam sudah aku berbaring menatap langit-langt kamar suara sibuk di luar kamar dan komentar-komentar kesaksian telah lama lenyap. senyap.
bunyi motor sayup terdengar dan berangsur jelas suaranya.
rupanya mereka kembali. jelas terdengar pintu depan rumah dibuka, langkah kaki, bahkan desah nafas lelah tegas ditelinga.
"oh dia masih tidur?" suara mulut pertama yang terdengar, "itulah..." suara mulut lain menimpali.
aku masih berbaring menatap langit-langit kamar.
menyaksikan mereka bersaksi tentangku.
No comments:
Post a Comment